"

Wednesday, April 16, 2014

Inspirasi Super dari Buku Pinjaman

WOW. Itu kata pertama yang terlintas saat pertama membaca judul buku milik teman yang baru saja menerima paket buku belanjaannya dari salah satu toko online. Temanku yang baik hati itu langsung menawarkan, "mau pinjam?" Mau banget atau mau aja, sebenarnya itu yang lebih tepat. Tapi ga tau diri sekali ya kalau buku baru langsung dipinjam. Meskipun dia bilang kalau dia sudah baca buku yang pertamanya jadi tidak masalah kalau saya baca duluan. Woow. lagi. Ini buku kedua? Kemana aja saya selama ini? hahaha. Anyway, saat itu saya baru sampai novel ke-5 dari 7 novel Stephen King, The Dark Tower Series. Hmmm... segenting-gentingnya isi bukunya, ga mungkin saya meninggalkan novel dari penulis favorit saya ini di tengah jalan. Begitulah pola pikir saya sebagai orang tua yang masih jahiliyah *tutup muka*.


Judul: Sebelum Meminta Anak Shalih, Yuk, JADI ORANG TUA SHALIH

Penulis : Ihsan Baihaqi Ibnu Buchori

Penerbit : Mizania (Mizan Group)

ISBN : 978-602-8236-66-9

Tiga hari yang lalu, datanglah kesempatan itu. Alhamdulillah, saat ketemuan meeting panitia seminar parenting untuk sekolah anak-anak kami, dibawalah buku itu. Dengan catatan, "aku belum selesai sih", kata temanku. Wah, saya sebenarnya pantang meminjam buku yang belum dibaca sama empunya. Tapi setelah ditimbang-timbang, direnungkan (lebaaayyy), akhirnya, okelah! kupikir, 800 halaman novel bisa kulahap dalam 2 malam, mestinya buku setebal 200 halaman dengan banyak tabel dan font besar ini tidak akan lama selesainya. Artinya, meminimalisir kemungkinan terlipat, terduduki, ketiban saat tiduran, kecipratan kuah mie (loh!? ini niat baca gak sih). That's me sodara-sodara. *tutup muka lagi*

Sampai di rumah, duduk manis, mulailah safari batin bersama buku pinjaman itu. Mulai dari judul, yang bikin wow itu: Yuk Jadi Ortu Shalih. Jarang ya cari judul seperti ini, yang mengaddress ortu masksudnya. Boro-boro buku, artikelpun kalau tidak mencari dengan spesifik, hampir tidak ada yang ditujukan untuk orang tua. Hmmm... I wonder. Apakah karena budaya timur yang sangat meng-elu2kan kedudukan orang tua sehingga semua yang negatif diobjekan kepada sang anak? 

Coba ya... Check these out:

1. Mengatasi Anak Nakal
2. Anak Durhaka kepada Orang Tua dikutuk jadi Batu
3. Berbagai Alasan Prestasi Anak Menurun
4. Tips dan Trik Membentuk Karakter Anak
5. Membentuk Anak Shaleh
6. Solusi Anak Malas Belajar
7. dst... dst...

Hehehehehehe... itu sih rekaan saya semata, kalo ada kemiripan atau kesamaan judul dengan artikel atau tulisan lain, tidak sengaja lho. Intinya, sebagai anak dan selama hampir 8 taun terakhir, sebagai orang tua, saya selalu haus dengan bacaan dan info seputar bagaimana mengarahkan, mendidik anak agar kelak bisa mandiri, punya karakter kuat, dan segepok nilai positif lainnya. Dalam petualangan keluarga kami berempat, setiap muncul permasalahan ataupun konflik yang berkaitan dengan anak dan saya tidak tahu solusinya, inspirasi dapat berasal dari orang tua, buku, artikel, teman, dll. Diskusi dengan orang tua kami, banyak ilmu yang bisa didapat, terutama mengenai compassion. Tapiiiiiiii banyak keterbatasannya ya. You know laaaaaaahhhh eyang-eyang. Ujung-ujungnya: Udahlaaaah... kamu juga dulu begitu, biarkan aja nanti juga hilang sendiri. Hmmm... Masalah klasik eyang-eyang nih. Tega sama anaknya, ga tegaan sama cucunya hihihihihi.

Baiklah, next step, berpaling sama si eyang yang netral, tak lain tak bukan, mbah gugel. Tik tik tekan keyboard, masukin keyword: Mengatasi Anak yang ... (pilih salah satu). Rewel, temper tantrum, tangannya usil, cerewet, suka teriak, kasar, gampang memukul, berbohong, tidak sopan, malu tampil, sensitif, tidak betah baca buku, bla bla bla. Dan percaya ga percaya, segepok solusi dilempar dalam beberapa detik saja sama mbah google. Heu... Mantap kan. Dan, bisa dipastikan dari pengalaman selama ini, di tulisan-tulisan yang saya baca, si anaklah sebagai yang dipermasalahkan, dan bagaimana meng-'handle' si masalah ini. Jadi anak = masalah donk? Pasti pada keberatan dgn pernyataan itu. 

Ngakunya: anak = karunia... karunia itu artinya memberi sesuatu yang berharga dong ya. Tapi kalo ditanya antara memberi atau menerima, rata2 ortu pasti akan menjawab: anak itu bagian yang meminta, orang tua yang memberi. Anak (apalagi yg masih kecil) mana mampu memberi apapun buat orang tuanya? Hmmm... Berarti orang tua donk ya karunia buat si anak? hehehe ge-er banget nih saya ngaku-ngaku sebagai karunia, yang memberi segalanya buat anak. Yakin? Am I sure? Kalo saya ga bisa mendidik dengan shalih, cuma modal takdir (ditakdirkan punya anak), apa masih pede ngaku-ngaku sebagai karunia?Kasiaaaan si anak. Mereka kan ga milih dilahirkan melalui saya. 

Siapa yang masih pede ngaku-ngaku sebagai karunia buat anak, yuk, tunjuk tangan bareng hehehe. Kemudian, Saya teruskan baca buku ini... dan... halaman demi halaman, pede saya luluh lantak, rasa bersalah, dan rasa malu terhadap anak yang muncul. Buku ini memberi contoh-contoh riil problematika orang tua dan anak beserta alternatif solusinya. Dalam setiap solusi, ada dua versi. Versi orang tua tidak shalih dan versi orang tua shalih. Buku ini mengingatkan dalam ajaran islam, di akhirat nanti, anak yang shalih adalah jaminan keselamatan bagi orang tuanya. Dan apakah saya masih ragu untuk menjadi shalih mengingat anak adalah cermin dari orang yang mendidiknya. Simple logic, tapi ternyata perlu tamparan sebuah buku untuk menyadarkan saya. Menyelaraskan arti anak sebagai karunia di mulut, hati, fikiran, dan prilaku.


Di dalam buku ini dibahas masing-masing karunia, bagaimana untuk senantiasa memanfaatkannya dan pada akhirnya menjadi orang tua yang shalih 

Ini pertama kalinya dalam pembelajaran parenting otodidak saya diajak oleh sebuah buku untuk membentuk diri sendiri sebagai orang tua shalih. Beberapa buku yang saya miliki semuanya mengajak saya membentuk anak sesuai kondisi ideal yang saya inginkan. Penulis mengajak pembaca menggunakan apa yang Allah SWT karuniakan untuk hasil yang optimal. Ilmu karunia ini praktis, dapat langsung diterapkan, langsung terasa hasilnya. Tidak mudah mencapai apa yang kami cita-citakan, sebuah keluarga yang shalih sebagai kendaraan menuju surga-Nya, tapi bukannya tidak mungkin. 

Terima kasih buat mbak Fitri, Bundanya Duo W yang sudah meminjamkan buku pembuka mata hati dan fikiran ini. Dan karena sudah masuk daftar Must-Have saya, In shaa Allah saya sedang proses membeli juga hehehe. Yang mau pinjam, japri yaaaaaaaa ^_^

Foot note: 
- Pengertian Shalih/Saleh: 1 taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah; 2 suci dan beriman: mudah- mudahan ia akan menjadi anak yg --; artikata.com
- Saya tidak ada hubungannya dengan penulis ataupun penerbit, tulisan diatas sekadar sharing mengenai efek buku tersebut terhadap diri saya pribadi

Referensi:
http://books.google.co.id/books?id=5cPu0jDbXv4C
https://www.facebook.com/notes/yuk-jadi-orangtua-shalih/sebelum-meminta-anak-shalih-yuk-jadi-orang-tua-shalih/449995310699?_ft_
http://artikata.com/arti-348715-saleh.html
http://lihawaverawaty.wordpress.com/2013/11/06/arabicdiary-shalih/

2 comments:

  1. Wowww.. nice bun ! Seems like we have to buy it for ...... hehehe... US ! How to be a nice parents...

    ReplyDelete
  2. Done ya manyis. Biar ga terlalu trial & error banget, jangan mulai pas udah ada 2 gimut2 hihihi

    ReplyDelete